27 Januari 2011

DEMI CITA-CITA AKU MERANTAU KEJOGJA (Part 1)

Pertengahan tahun 2002, keluarga kaya dijogja membutuhkan orang untuk bekerja di rumahnya, untuk bersih-bersih, masak dan lain-lain. Kebetulan yang mencari orang adalah kakakku yang kerja juga ditempat adiknya keluarga kaya itu. Dia datang menawari aku pekerjaan itu, dan kebetulan beliau mencari tiga orang.

Agustus tahun 2002 kami bertiga, Ai (saya sendiri), Er, Ri, kami berangkat dari kampung tepatnya didaerah Lampung yang masih ndeso, naik turun Gunung benar-benar masih asri dan pendidikan belum begitu maju dengan rasa optimis bahwa kami bisa maju, walaupun tidak secara ekonomi tapi harapan kami mempunyai pemikiran yang maju dibandingkan teman-teman yang lain. Dengan begitu dengan keahlian dan pemikiran itu kita jg bisa maju jg secara ekonomi.

Besoknya saya siap-siap, kebetulan bapak saya sedang pergi didaerah bengkulu menyusul kakak Laki-laki saya yang sulung untuk memulai usaha tanam kopi, tepatnya buka lahan baru untuk ditanami kopi. Pada saat itu tiga adik saya masih kecil-kecil, sebenarnya saya tidak tega meninggalkan ibu sendirian, mengurusi rumah, nyari kayu bakar, nyari rumput buat kambing yang saya tinggal (karena itu dulu milik saya), masak dan lain sebagainya. Ya Alloh berilah ibuku kesehatan dan kekuatan untuk menghadapi semua ini.

Pada waktu H-1 jadwal keberangkatan saya dan teman, saya pergi dulu keladang dan kebetulan kelapa sudah pada tua, saya deh naik pohon kelapa sendiri untuk mengambil, sebenarnya ngga disuruh, hanya inisiatif sendiri aja untuk dijual dan hasil uangny itu untuk bekal nanti ke jogja. waktu itu dijual Cuma dapat uang Rp. 6000, yang Rp. 2000 buat beli lotion yang mereknya ngga terkenal tentunya (yang penting bisa melembabkan, karena kulit saya terlalu kering), sisa duit Rp. 4000 untuk pegangan dijalan ( duit segitu Cuma bisa beli apa.. duh kasihan banget sih gue..) L..aku sendiri ngga berani minta duit sama ibu, soalnya saya tau ibu ngga punya duit sama sekali.

Pas hari H saya dijemput sama kakak saya dan berangkat deh kami bertiga, saya berpamitan  dengan ortu, semua baju baju saya masukin ke kardus, maklum ngga punya tas….miris banget sih nasib gue…( jadi pengen nangis..hiks..hiks) “waktu nulis ini beneran saya nangis”. Mobil angkot datang, saya bersalaman dengan ibu yang masih menggendong adik saya yang paling bungsu, ibu buru  buru balik kedalam rumah dan tidak berani melihat saya pergi..( sekarang saya baru tau dari adik2 bahwa....ibu saya masuk kedalam dan nangis sejadi-jadinya).. ya alloh kuatkan ibuku…

4 komentar:

empe mengatakan...

wew.. kisahnya bagus nih

setiap ibu pasti berat melepaskan anaknya merantau, sama seperti ibu saya yang dari matanya berlinang air mata ketika saya pindah kota ke jogja ( nah lo.. sama kan? )

aisah mengatakan...

Begitulah... berrti ibu sayang banget sama kita....:-)

a~a CHEN mengatakan...

wehh
wehh
bermimpi manis
datang dari kampung manuju kota
berhasil banggakan orang tua
seamangat pemuda pemudi lampung.
aku mundur .

Aisah mengatakan...

@chen: payah lho...cowok ko ra kuat...he..he.. yg penting tetep semangat...walaupun kdg drop..

Posting Komentar

Silahkan kalo mo pada komen, tapi yang baik-baik ya.!